Pages

MANAJEMEN RETAIL

Senin, 21 Juni 2010 17.31 by Diary of Melody 0 komentar
Ritel (bahasa Inggris: retail) adalah salah satu cara pemasaran produk. Dalam cara pemasaran ritel, sebuah toko menjual banyak pilihan produk pada pengunjung dalam jumlah satuan. Harga Ritel adalah harga yang berlaku untuk siapapun yang datang membeli dalam jumlah berapapun.

Untuk merintis bisnis minimarket ada beberapa jalan yang dapat dipilih, yakni membuka minimarket mandiri dengan nama dan desain sendiri (non-franchise) atau mengambil franchise. Bagi Anda yang memiliki modal yang kuat dan tak ingin dipusingkan dengan persoalan manajemen usaha namun ingin memiliki usaha minimarket, tentu Anda dapat mengambil bisnis franchise minimarket. Konsekuensinya modal yang perlu dikeluarkan cukup besar.

Sementara itu bagi Anda yang tertantang untuk merintis bisnis minimarket dari nol, Anda bisa memilih untuk membangun ushaa minimarket non franchise tersebut. Namun sebelum memutuskan untuk membuka minimarket, banyak hal yang perlu disiapkan di antaranya mengetahui manajemen usaha minimarket, inventory barang, manajemen SDM, pengaturan produk display, hingga pengaturan belanja dan stok barang. Nah bagi Anda yang tak memiliki pengalaman di bidang manajemen pengelolaan usaha ritel, jangan khawatir, kini telah banyak jasa konsultan yang mampu membantu Anda menwujudkan impian merintis bisnis minimarket dengan modal yang terbatas. Pasalnya, investasi yang diperlukan untuk membuka minimarket non franchise pastinya lebih terjangkau dan Anda pun tak perlu berbagi keuntungan maupun royalty dengan pihak franchisor.

Tahapan Bisnis.
Langkah pertama yang harus dimiliki pebisnis yang ingin memiliki minimarket adalah mutlak harus memiliki tempat usaha diluar modal. Idelanya luasan minimarket mulai dari 50 m2 sampai 150 m2. Meskipun hanya memiliki ruko atau tempat usaha hanya 50 m2, namuan upayakan lebar bagian depan tempat usaha tidak kurang dari 5 meter. Yang membedakan minimarket dengan departemen store yang juga perlu diperhatikan adalah jumlah orang yang lalu lalang dikawasan tersebut. Ingat, 80% pengunjung miniamrket adalah orang pejalan kaki, sehingga cari lokasi yang mudah dijangkau pejalan kaki. Pastikan lokasi usaha yang akan dibangun minimarket tersebut berada di kawasan stratagis seperti ruko kompleks perumahan, pinggir jalan yang ramai atau sepanjang jalar masuk menuju kompleks perumahan.

Langkah kedua, Seperti usaha lainnya urusan perizinan usaha seperti izin usaha dari lingkungan sekitar (RT, RW, Kelurahan dan Kecamatan), Departemen Perindustrian dan Perdagangan setempat, SIUP, NPWP, TDP hingga hak izin undang-undang gangguan (HO).

Langkah ketiga adalah menghitung biaya yang akan dikeluarkan tiap meter persegi. Rasio investasi sebuah minimarket mulai dari Rp 3-4,2 juta/m2. Dengan demikian jika Anda ingin membuka usaha minimarket dengan luasan 50 m2 setidaknya modal yang diperlukan diluar bangunan adalah Rp 150-200 juta yang berisi 20 rak.

Pentingnya Display.
Setelah Anda menginvestasikan modal untuk mengisi dan mendesain miniarket tersebut, agar lebih menarik, tahapan keempat adalah kelompokkan produk display dengan beberapa kategori. Ada 2 kategori utama yakni food berada di sebelah kanan pintu masuk dan non food disebelah kirinya. Selain itu untuk bagian depan disarankan mendisplay produk infulsif seperti permen, cokelat, snack atau makanan yang pembeliannya tidak direncanakan. Selain itu produk fresh, frozen dan minuman dingin juga biasa didisplay dibagian depan kasir, obat-obatan dan rokok bisa di display di tempat kasir. Sedangkan produk seperti sembako dan kebutuhan sehari-hari, dan pembersih rak displaynya di letakkan belakang produk-produk infulsif tersebut.

Jika memang lokasi usaha yang dimiliki terbatas 50 m2, sangat membatasi pelaku usaha untuk membuat stok barang lebih banyak karena tidak memiliki gudang tempat penyimpanan stok barang. Sehingga pelaku usaha biasanya belanja dalam jumlah terbatas dan sulit mendapatkan harga murah. Karena harga murah baru akan diberikan dengan pembelian jumlah besar.

Nah untuk menyiasati hal tersebut banyak hal yang dapat dilakukan yang juga jadi langkah kelima dalam berburu stok barang seperti mencari suplier/distributor yang melayani pembelian jumlah tertentu, memburu diskon di toko ritel besar seperti Makro dan Carrefour, mencari chaneling dengan suplier untuk minimarket dengan sistem jaringan seperti MadaniMart yang telah memiliki beberapa jaringan minimarket di berbagai daerah.

Tentukan SOP.
Langkah keenam adalah membuat standar operating prosedure (SOP) yang meliputi aspek SDM, merawat barang dan perlatan, menata ruang dan produk display, mengorder barang, inventory barang serta mengatur arus keuangan usaha. SOP juga yang diterapkan ritek besar dalam mengelola usahanya. SOP manajemen toko ini dapat dipelajari dari berbagai buku, kursus maupun mengikuti pelatihan khusus. Untuk sebuah minimarket paling tidak diperlukan 1 orang kepala toko, 2 orang seniror staff, 2 orang karyawan. Menyoal inventory, pengecekan stok produk dan pemesanan barang perlu diperhatikan dengan melihat produk apa saja yang terjual tiap harinya melalui mesin kasir yang telah di program inventory produk. Omset yang diperoleh toko tiap harinya perlu di rekap langsung dalam kas pemasukan dan mencatat semua pengeluaran tiap harinya. Dengan demikian jelas arus keuangan usaha tiap harinya dalam satu bulan.

Berbicara mengenai omset, Idelanya omset yang diperoleh minimarket diatas Rp 2,5 juta/m2/bulannya. Bahkan jika ingin memiliki perputaran usaha yang baik ada baiknya pelaku usaha minimarket memiliki target omset Rp 7-8 juta/hari. Nah untuk mencapai target tersebut starting point menjadi hal penting dan penentu usaha kedepannya. Untuk itu sangat penting melakukan grand opening yang ramai dan menarik sebanyak-banyaknya pengunjung untuk datang saat pembukaan. Misal saja mendatangkan badut, memberikan harga spesial, membuat acara hiburan, perlombaan anak hingga mendatangkan artis penghibur. “Untuk mendapatkan omset Rp 7-8 juta/hari saat grand opening pelaku perlu berusaha mendapatkan omset Rp 60-70 juta pada hari tersebut”. Pasalnya meskipun jumlah omset yang diperoleh terlihat besar, namuan besarnya keuntungan yang dapat diperoleh dari pelaku usaha minimarket hanya sekitar 4-5% saja.

Gencar Promosi.
Guna mencapai target tersebut langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah melakukan promosi dengan jangkauan radius 2 kilometer dari tempat usaha. Caranya dapat membagikan brosur secara door to door ke seluruh kompleks perumahan dalam jangkauan tersebut. Selain itu promosi promosi juga dapat dilakukan dengan mengadakan undian berhadiah maupun memberikan kupon potongan belanja.

Yang juga tak boleh dilupakan perlu memperhatikan tanggal pembukaan minimarket. Upayakan membuka tempat usaha setelah tanggal 25 hingga awal bulan yang dikaitkan dengan waktu gajian dan belanja bulanan ibu rumah tangga. Jika pelaku usaha dapat menarik benyak pengunjung diharapkan omset yang ditargetkan tercapai. Namun jika tidak, dalam waktu 3-6 bulan masih belum banyak pengunjung, pelaku usaha perlu melakukan evaluasi bahkan re-oppening agar terlihat suasana baru.

Menyikapi menjamurnya usaha minimarket di berbagai tempat, selaku pelaku usaha Anda haru benar-benar memantau produk apa saja yang ada di tempat kompetitor berikut harganya. Upayakan harga jual Anda jangan lebih tinggi dari kompetitor. Pasalnya konsumen saat ini sangat peka. Beda Rp 50 saja konsumen dapat berpindah ke toko sebelah. Hal yang lain yang juga dapat dilakukan adalah memberikan pelayanan yang terbaik hingga memberikan jasa antar. Terkadang hanya selisih Rp 500 rupiah namun diberikan servis jasa antar pelanggan bsia memilih minimarket yang memberikan pelayanan lebih.
BY.....http://madaniretail.blogspot.com

Strategi Usaha Eceran

17.30 by Diary of Melody 0 komentar
THE RETAIL STRATEGY
Pengertian Strategi Usaha Eceran
Strategi usaha eceran diartikan sebagai pernyataan yang menidentifikasikan tentang :
- Target pasar usaha eceran
- Format perencanaan usaha eceran dalam memuaskan kebutuhan target pasarnya
- Hal yang mendasari perencanaan usaha eceran untuk mencipatakan keunggulan kompetitifnya

Target Pasar dan Format Usaha Eceran
Kita mengartikan “pasar” dalam kajian usaha eceran tidak sama dengan arti pasar yang menyatakan bahwa pasar adalah sebuah tempat dimana pembeli dan penjual bertemu, melainkan pasar adalah pertemuan sekelompok consumer dengan kebutuhan yang hampir sama dengan sekelompok pengecer yang menggunakan format yang hampir sama untuk memuaskan kebutuhan para pelanggannya.(Levy & Weitz, 2001 : 173)

Komponen-komponen yang ada dalam pasar :
- Consumer / Pembeli
Pada dasarnya kita tidak akan bisa memenuhi semua kebutuhan pembeli karena kebutuhan mereka sangat beraneka ragam, oleh sebab itu untuk mengantisipasi hal tersebut kita perlu mempelajari tentang perilaku konsumen yang akan membimbing kita dalam mengetahui tentang kebiasaan berkonsumsi mereka.
- Company / Perusahaan
Sebuah perusahaan harus mengetahui dan memahami dengan pasti kemampuan mereka dalam kepentingannya untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Hal ini akan melibatkan seluruh jaringan struktural dan fungsional yang ada dalam perusahaan, sehingga kekurangan sekecil apapun dapat menyebabkan hal yang fatal terhadap perusahaan.
- Competitor / Pesaing
Merupakan suatu hal yang tidak mungkin untuk melakukan hal yang lebih baik secara konsisten dalam memenuhi kebutuhan konsumen tanpa mempertimbangkan kemampuan dan strategi dari pesaing kita. Untuk itu diperlukan suatu pemahaman yang baik tentang kompetitor kita.
- Condition / Kondisi
Keadaan ekonomi lingkungan fisik peraturan pemerintah dan teknologi mempengaruhi kebutuhan dan ekspektasi konsumen serta perusahaan dan kemampuan pesaing. Untuk itu sebuah perusahaan harus lebih memahami keadaan dan kondisi disekitar mereka.

Target pasar dalam usaha eceran akan membahas tentang segmentasi pasar dimana pengecer diminta untuk membagi konsumen kedalam golongan-golongan tertentu. Kriteria-kriteria yang digunakan untuk membagi segmen tersebut adalah : (William R. Davidson dkk, 1998 : 95)
- Ukuran
Akses point yang cukup besar untuk masuk ke dalam segmen tersebut dan memiliki struktur yang sederhana serta tidak di pusingkan dengan banyak varibael.
- Homogenitas
Karakteristik yang signifikan dari pemasaran usaha eceran harus lebih teriasa antara segmen satu dengan yang lain ketimbang populasinya secara keseluruhan.
- Perbedaan yang jelas
Setiap segmen harus dapat dibedakan antara satu dengan yang lain dengan memberikan pengertian yang mendalam untuk setiap segmen yang ada sehingga dapat menciptakan peluang yang matang dan terukur oleh perusahaan usaha eceran.

Sedangkan format usaha eceran merupakan bahasan mengenai retail mix yang terdiri dari : (William R. Davidson dkk, 1998 : 66-67)
- Produk
Kebijakan-kebijakan yang biasanya dilakukan antara lain:
Desain produk, merk (Brand name selection),Seleksi merk ,informasi antar departemen
- Lokasi
Kebijakan-kebijakan yang biasanya dilakukan antara lain :
Analisis trade area,Lokasi sampingan (alternatif),Layout toko,Variasi dari perencanaan lokasi toko
- Promosi
Kebijakan-kebijakan yang biasanya dilakukan antara lain :
Promosi untuk pasar lokal,Mengadakan promosi didalam toko atau diluar toko,Menerbitkan iklan
- Harga
Kebijakan-kebijakan yang biasanya dilakukan antara lain :
Orientasi terhadap harga penuh atau harga diskon,Promosi diskon periodik
- Pelayanan
Kebijakan-kebijakan yang biasanya dilakukan antara lain :
Garansi pabrik,Kebijakan pengembalian barang,Kebijakan delivery,Kebijakan kredit
Ketersediaan informasi bagi konsumen

Membangun Keunggulan Kompetitif
Keunggulan kompetitif adalah keunggulan dalam sebuah kompetisi yang dapat dipelihara dalam waktu yang lama. Namun keunggulan yang berlangsung lama tersebut dapat menimbulkan resiko terhadap perusahaan karena memungkinkan untuk ditiru oleh pesaing.

Membangun keunggulan kompetitif bagi pengusaha pengecer bearti membangun sebuah tembok yang kokoh untuk mempertahankan kedudukan mereka di pasar. Tembok ini akan membuat para pesaing kesulitan untuk menembus pasar kita dan mendekati para konsumen kita.

Ada 5 hal penting yang harus diperhatikan oleh pengecer untuk mencapsai keunggulan kompetitif, hal – hal tersebut antara lain : (Levy & Weitz, 2001 : 176-181)
Kesetiaan Pelanggan
Kesetiaan pelanggan berarti sebuah komitmen dari si pelanggan tersebut untuk berbelanja pada sebuah lokasi eceran untuk jangka waktu yang panjang. Hal – hal yang diharapkan oleh konsumen adalah : (William R. Davidson dkk, 1998 : 140-144)
Lokasi yang Nyaman dan Jarak Tempuh
Customer menginginkan tempat pembelanjaan yang tidak jauh dari tempat tinggal mereka, mereka lebih memilih untuk berbelanja di tempat pembelanjaan yang lebih dekat dengan rumah mereka.

Selain masalah jarak customer juga sangat memperhatikan masalah waktu tempuh. Ada empat aspek yang dapat diidentifikasi dalam keterkaitannya dengan masalah yaitu :
Waktu perjalanan dari rumah ke tempat pembelanjaan
Hari dan waktu operasi
Customer dengan waktu yang padat
Customer yang kehilangan waktu untuk bersenang-senang

Atmosfir Tempat Pembelanjaan
Perusahaan harus bisa membentuk atmosfir toko yang nyaman dan tepat bagi pelanggan mereka agar mereka dapat berbelanja dengan perasaan yang menyenangkan di tempat kita.

Barang yang Diperdagangkan
Hal ini harus diperhatikan secara lebih karena hal ini merupakan hal tersulit untuk dibicarakan karena setiap konsumen yang datang ke tempat kita, mereka membawa pengharapan dan kebtuhan yang berbeda antara sar dengan yang lain namun berharap dapat terpuaskan dengan mendatangi tempat kita.

Harga
Setiap pelanggan yang akan berbelanja mereka pasti telah menyediakan range budget untuk berbelanja, dengan selalu mengontrol harga jual kita maka kita akan membuat mereka merasa dipahami oleh kita.

Informasi dan Interaksi
Pelanggan yang akan membeli produk baru akan sangat membutuhkan informasi tentang barang yang akan mereka beli. Untuk itu setiap toko harus bisa memberikan bantuan dalam bentuk informasi mengenai barang tersebut sehingga dapat membantu mereka dalam mengambil keputusan.

Pelayanan
Dalam banyak kasus pelanggan sangat mengharapkan adanya variasi pelayanan mengenai produk dan transaksi dalam sebuah tempat pembelanjaan.

Untuk membangun kesetiaan pelanggan dapat ditempuh dengan beberapa cara, seperti : (Levy & Weitz, 2001 : 176-179)
Positioning
Sebuah rancangan dan implementasi dari retail mix untuk menciptakan sebuah gambaran tentang si pengecer pada pikiran setiap konsumennya.

Pelayanan
Pengecer membangun kesetiaan pelanggan dengan menawarkan pelayan yang terbaik bagi konsumennya. Namun untuk memberikan pelayanan yang baik untuk jangka waktu yang lama sangat sulit dilakukan. Diperlukan waktu yang cukup panjang untuk membangun reputasi yang baik dalam hal pelayanan.

Informasi Usaha Eceran (Database Retailing)
Database Retailing adalah pengembangan dan implementasi dari program usaha eceran untuk membangun kesetiaan pelanggan dan pola pembelanjaan.

Barang-barang Dagangan yang Unik
Sangat sulit untuk membangun kesetiaan pelanggan dengan hanya menjual barang saja karena baik kita dan kompetitor sama-sama mempunyai kesempatan dan kemampuan untuk menjual barang yang sama. Untuk membangun keunggulan komprtitif beberapa perusahaan mulai menyadari pentingnya menyediakan barang yang hanya bisa didapat di toko tersebut.

Lokasi
Lokasi adalah faktor kritis yang menjadi pertimbangan customer untuk memilih tempat pembelanjaan. Hal ini juga menjadi keunggulan kompetitif yang sulit untuk ditiru.

Pemilihan lokasi jangan hanya di lihat dari keadaan demographinya saja, karena amsih ada faktor laon yang harus diperhatikan. Ada beberapa kategori dalam Market-Area Analysis yan perlu diperhatikan dan dijadikan bahan pertimbangan dalam pemilihan lokasi, antara lain : (William R. Davidson dkk, 1998 : 240)
Dimensi populasi umum area tersebut
Dimensi populasi pasar sasaran
Jaringan transportasi
Karakteristik ekonomi
Efektivitas kekuatan membeli
Pasar potensial
Budaya dan selera customer
Itensitas persaingan
Ketersediaan shoping centre yang sesuai
Keberadaan media dan biaya
Jaringan distribusi
Karakteristik unik dari lingkungan
Hukum yang berlaku
Sewa menyewa tempat
Iklim bisnis
Peluang advertising dan biaya

Vendor Relations
Dengan membangun hubungan yang baik dengan para vendor, pengecer bisa mendapat beberapa keuntungan, diantaranya :
Bisa menjual barang di satu wilayah regional
Membeli barang dengan harga yang lebih murah dan kualitas yang lebih baik dari pesaing
Mendapatkan barang terbaik pada penawaran pertama


Pekerja yang Efektif dan Berkomitmen
Pekerja memainkan peran penting dalam penyediaan pelayanan terhadap para pelanggan dan membangun kesetiaan pelanggan. Pengetahuan dan kemampuan pekerja yang berkomitmen pada tujuan perusahaan sangat memegang peranan penting dalam mencapai kesuksesan perusahaan.

Low-Cost Operations
Setiap pengecer sangat memperhatikan biaya mereka dalam setiap operasinya karena biaya merupakan hal yang paling berpengaruh dalam hal pencapaian target perusahaan.

Ragam Sumber Daya
Untuk membangun keunggulan kompetitif, pengecer jangan hanya mengandalkan satu cara saja, seperti low cost atau pelayanan yang baik, melainkan mereka harus menggunakan beberapa cara untuk membangun “tembok” besar disekitar mereka untuk mendapatkan keunggulan kompetitif tersebut.

Manajemen Strategis dalam Usaha Eceran
Hal yang paling utama dan mendasar dalam setiap bisnis adalah bahasan tentang manajemen strategis. Manajemen strategis adalah proses adaptasi antara bentuk dan struktur sumber daya perusahaan dengan peluang dan keadaan lingkungan yang terus berubah. Dengan manajemen strategis perusahaan dapat mencapai keseimbangan antara peluang-peluang yang ada dan keterbatsan sumber daya mereka.

William R. Davidson dkk dalam buku Retailing management 6E hlm.132-135 menjelaskan tentang tiga komponen dasar mengenai proses manajemen strategis, yaitu :
Membuat Pernyataan Misi dan Tujuan Perusahaan
Pernyataan misi sebuah perusahaan merupakan gambaran dasar dari tujuan sebuah perusahaan. Hal ini merupakan perencanaan jangka panjang yang akan menuntun perusahaan dalam menjalankan bisnisnya demi tercapainya tujuan tersebut.

Mendefinisikan Tujuan yang Spesifik dari Perusahaan
Tujuan spesifik ini merupakan gambaran yang lebih halus dari pernyataan misi sebuah perudahaan, dimana akan menjelaskan lebih detail mengenai misi dan tujuan tersebut kedalam satu bentuk panduan operasional perusahaan.

Mengembangkan Strategi Perusahaan
Seperti apa yang sudah dibahas diawal makalah ini, strategi merupakan sebuah tindakan yang lebih spesifik yang harus dilakukan agar tujuan perusahaan dapat tercapai dengan mengatur tentang penggunaan dan alokasi sumber daya dari sebuah perusahaan.

Membangun Strategi Pemasaran dalam Usaha Eceran
Setiap perusahaan memiliki strategi pemasaran dan strategi keuangannya sendiri. Dalam persaingan yang kompleks di pasar, para pengusaha harus peka dengan keadaan pasarnya dan perubahan yang cepat agar dapat memenangkan persaingan dan mencapai tujuan utama mereka.

Usaha Eceran Sebagai Persaingan Untuk Keunggulan Diferensiasi (William R. Davidson dkk, 1998 : 136)
Setiap perusahaan memilki perbedaan dari pesaing mereka. Perbedaan ini kadang terlihat sangat mencolok, hal ini tergantung dari cara perusahaan-perusahaan tersebut dalam mengkombinasikan retail-mix mereka. Perbedaan-perbedaan tersebut akan dinilai oleh pelanggan dan hal inilah yang disebut keunggulan diferensiasi.

Usaha untuk mendapatkan keunggulan diferensiasi ini merupakan karakteristik dari persaingan dalam bisnis usaha eceran. Persaingan tersebut akan terlihat nyata ketika masing-masing perusahaan menentukan langkah pertama mereka di pasar dan respon yang sangat compleks dari pelanggan dan pesaing.

Usaha Eceran Sebagai Spesialis dan Institusi Penambah Nilai (William R. Davidson dkk, 1998 : 137)

Sebagai Spesialis
Mengarah pada varietas yang relatif, luas, dan mutu dari barang yang kita jual.

Sebagai contoh toko barang diskon tidak memilki spesialisai karena kualitas barang yang mereka jual terkesan asal dan nilai guna nya sudah berkurang, toko buah dan makanan merupakan contoh spesialis karena mnjual barang-barang yang hanya dapat di dapat dari tempat mereka.

Sebaga Institusi Penambah Nilai
Mengarah pada seberapa besar nilai yang ditambahkan pada sebuah produk yang dikonsumsi oleh customer melalui peritel.

Sebagai contoh toko yang menawarkan gratis antar, lantai berkarpet, daerah yang strategis akan membuat customer berbelanja di tempat kita.

Proses pemasaran strategis : (Frank Bradley, 1991 : 14)

Mengidentifikasi nilai soaial & nilai customer
Memahami nilai sosial


Memahami nilai customer

Memilih segmen pembeli



Menentukan nilai pasar, customer, dan pesaing
Menentukan nilai pasar


Membedakan kelebihan customer

Mengenali respon persaingan


Menyediakan nilai untuk customer
Desain produk dan jasa


Memproses dan menentukan keputusan


Manufaktur dan sumber daya

Me-manage merk

Harga



Meneruskan nilai kepada customer
Advertising dan Public Relation


Pemasaran langsung

Personal selling


Mengantarkan nilai tersebut kepada customer
Saluran distribusi


Logistik

Promosi penjualan


Strategi pemasaran pada dasarnya akan menjawab pertanyaan : Bagaimana kita akan menyediakan nilai konsumen yang superior untuk pasar sasaran kita? .(Coney, 2000 : 19)

Untuk memnjawab pertanyaan tadi diperlukan formulasi dari bauran pemasaran yang akan mempertemukan kebutuhan konsumen dan menyediakan nilai-nilai konsumen. Bauran pemasaran tersebut terdiri atas beberapa elemen, yakni : (Coney, 2000 : 19-22)
Produk
Produk adalah segala sesuatu yang digunakan atau akan digunakan oleh konsumen untuk memenuhi kebutuhan mereka. Konsumen membeli kepuasan untuk kebutuhan mereka bukan membeli atribut yang ada pada sebuah produk, maka dari itu harus diperhatikan detil fungsi dai sebuah produk, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan konsumen atau belum.

Komunikasi
Komunikasi pemasaran meliputi pengiklanan, usaha penjualan, piblic relation, pengepakan, dan segala sesuatu yang menunjukkan tentang sebuah perusahaan atau produk mereka. Strategi komunikasi yang efektif akan mampu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti berikut :
Dengan siapa sebenarnya kita ingin berkomunikasi?
Ketika setiap perusahaan berusaha berkomunikasi dengan para anggota target pasar, maka sebaiknya kita mencoba berkomunikasi dengan mereka yang bisa mempengaruhi para anggota target pasar tersebut untuk mengkonsumsi produk kita.

Efek apa yang kita inginkan dari komunikasi yang kita lakukan?
Kebanyakan manajer menjadikan sarana pengiklanan untuk menaikkan jumlah penjualan perusahaan mereka. Hal ini sudah sangat tidak efektif untuk zaman seperti sekarang ini karena iklan digunakan sebagai sarana komunikasi kita dengan para konsumen untuk bisa mendapat informasi lebig tentang perusahaan atau produk kita, karena memang hal tersebut lah yang dibutuhkan oleh para konsumen dewasa ini.

Pesan apa yang akan membangkitkan hasrat para konsumen?
Untuk menjadi dekat dengan para konsumen kita perlu memikirkan sesuatu pernyataan, gambar, simbol, atau kata-kata yang dapat menarik perhatian mereka agar mereka selalu ingat akan keberadaan kita.

Saluran dan media apa yang harus kita gunakan untuk menjangkau konsumen?
Untuk berkomunikasai kita perlu sebuah saluran dan media yang tepat, untuk itu hal ini harus dipertimbangkan dengan sangat matang sebelum pengambilan keputusan, karena sekali kita salah melangkah maka akan sulit untuk memperbaikinya.
Kapan kita harus berkomunikasi dengan konsumen?
Berkomunikasi memang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, namun dalam hal pemasaran berkomunikasi harus disusaikan kapan dan untuk berapa lama akan dilakukan. Hal ini untuk menjaga hubungan yang baik dengan para konsumen.

Harga
Harga adalah sejumlah uang yang digunakan untuk mendapatkan hak untuk menggunakan suatu barang. Namun ada juga yang menyebutkan bahwa uang adalah simbol dari kualitas. Semakin mahal sebuah produk maka akan semakin berkualitas. Maka dari itu kebijakan penetapan harga harus dilakukan dengan hati-hati dan disesuaikan dengan artinya terlebih dahulu sesuai pasara sasaran.

Distribusi
Merupakan ketersediaan dari produk kita untuk dibeli oleh konsumen. Untuk dapat mewujudkan hal ini maka kita perlu memperhatikan dimana para konsumen kita biasa berbelanja, hal ini dimaksudkan agar kita dapat mengontrol pasokan produk kita.

Pelayanan
Pelayanan merujuk pada usaha tambahan untuk menambah nilai produk dan jasa yang kita tawarkan. Pelayanan merupakan variabel yang amat sulit untuk diukur, namun bukan berarti tidak penting untuk diadakan. Perusahaan yang bisa memberikan pelayanan yang lebih baik akan mendapatkan nilai tambah dari konsumen yang akan berdampak positif pada perusahaan tersebut.

Jenis-jenis Strategi
Ada banyak strategi yang dapat dijalankan oleh perusahaan untuk menghadapi persaingan bisnis yang ketat. Seperti kita ketahui bersama jika strategi merupakan ‘senjata’ yang harus kita siapkan untuk ‘berperang’. Diantara banyaknya strategi tersebut Fred R. David dalam buku Strategic Management 11e hlm.168-181 membaginya ke dalam tiga kategori, yaitu :
Integration Strategies
Integration strategies kadang dikenal dengan nama vertical integration strategies yang dapat membantu perusahaan dalam mengendalikan distributor, pemasok, atau pesaing mereka di pasar. Integration strategies ini terdiri dari beberapa alternatif strategi antara lain :
Forward Integration
Mengusahakan untuk memiliki dan meningkatkan pengendalian atas distributor atau para vendor.
Contoh : Carefour mengakuisisi alfamart agar semakin dekat dengan para customer mereka.

Backward Integration
Mengusahakan kepemilikan dan meningkatkan pengendalian atas pemasok.
Contoh : Indomie membeli perusahaan terigu untuk membantu penyediaan faktor produksi perusahaan.

Horizontal Integration
Mengusahakan kepemilikan dan meningkatkan pengendalian atas pesaing.
Contoh : Pembelian saham daihatsu oleh toyota.

Intensive Strategies
Strategi ini membutuhkan usaha yang intensiv dari perusahaan jika persaingan mereka terletak pada masalah produk. Alternatif yang ada antara lain :
Market Penetration
Meningkatkan pangsa pasar dengan produk dan jasa yang kita miliki sekarang dengan usaha yang lebih keras.
Contoh : Oli Top 1 mengeluarkan banyak dana untuk melakukan promosi dalam bentuk advertising (iklan).

Market Development
Memperkenalkan produk yang sudah ada ke area gegrafi yang baru.
Contoh : Oreo memasarkan produk mereka di luar negeri termasuk Indonesia.

Product Development
Meningkatkan penjualan dengan meningkatkan kualitas produk atau mengembangkan produk baru.
Contoh : Indomie membuat rasa baru untuk menigkatkan tingkat konsumsi masyarakat.

Diversivication Strategies
Ada dua tipe yang umum dalam diversivication strategies ini, yaitu :
Related Diversivication
Penambahan produk atau jasa yang baru namun tetap berhubungan dengan bisnis lama.
Contoh : MNC group menerbitkan koran Sindo untuk merambah pasar media cetak.



Unrelated Diversivication
Penambahan produk atau jasa yang baru tapi tidak berhubungan dengan bisnis lama.
Contoh : Bakrie Group yang terdiri dari bermacam-macam jenis usaha yang tak bersangkutan sama sekali.

Defensive Strategies
Selain ketiga kategori tadi masih ada satu kategori lagi yang bisa menjadi pilihan bagi perusahaan dalam menyikapi persaingan pasar, yaitu :
Divestiture
Menjual salah satu divisi yang ada dalam perusahaan.
Contoh : PT. Wicaksana menjual divisi Aqua kepada Pt. Danone.

Likuidasi
Menjual atau menutup keseluruhan operasi perusahaan.
Contoh : Adam Air yang sudah tidak ada lagi di pasar.

Selain tiga golongan besar tersebut, masih ada pembagian jenis strategi yang berdasarkan pada pola pencarian informasi. Ada dua dimensi yang yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan strategi ini, yaitu : (Wawkins Best Coney, 2000 : 547)
Tipe pengambilan keputusan
Pengaturan yang mengarahkan pencarian informasi tersebut

Untuk lebih memahami jenis strategi ini akan kami sajikan dalam bentuk matriks serta penjelasannya seperti berikut : (Wawkins Best Coney, 2000 : 547)
Position Target Market Decision-Making Pattern
Nominal Decision Making Limited Decision Making Extended Decision Making
Brand in Evoked Set Maintenance Strategie Capture Strategie Preference Strategie

Brand Not in Evoked Set Disrupt Strategie Intercept Strategie Acceptance Strategie
















Maintenance Strategie / Strategi Pemeliharaan
Jika produk kita dibeli secara terus-menerus oleh pasar sasaran, maka kita harus menerapkan strategi pemeliharaan untuk menjaga hal tersebut. Hal ini membutuhkan konsistensi untuk menjaga kualitas produk, distribusi, dan strategi advertising. Kita juga harus berjaga-jaga dari strategi pesaing yang akan mengganggu kita. Untuk itu kita perlu untuk mengadakan program pengembangan produk untuk menyerang balik strategi jangka pendek para peasaing.

Disrupt Strategie / Strategi Pengacauan
Jika produk kita tidak dalam rencana pembelian oleh konsumen, maka kita harus melakukan pengacauan terhadap strategi kita. Hal ini sangat sulit jika para konsumen tetap tidak pernah mencoba mencari tahu informasi tentang barang yang akan mereka beli sebelum melakukan pembelian. Keterlibatan sekecil apapun dari konsumen untuk mencari informasi mengenai produk akan membantu kita untuk memasarkan produk kita.

Dalam jangka waktu yang panjang, peningkatan penjualan produk kita bisa dilakukan dengan cara mengadakan advertising.

Capture Strategie / Strategi Penangkapan
Keterbatasan pengambilan keputusan akan melibatkan persaingan pada setiap produk yang akan dievaluasi hanya dengan melihat kriteria harga dan ketersediaannya. Maka jika produk kita dapat memenuhi salah satu kriteria tadi maka akan membuka peluang kita untuk mendapat market share di pasar tersebut.

Ketika para konsumen memutuskan untuk menggunakan keterbatasan tersebut, kita harus tahu dimana mereka mencari kebutuhan mereka dan informasi apa yang mereka butuhkan. Umumnya kita harus bisa menyediakan informasi yang mereka butuhkan terlebih lagi mengenai masalah harga dan ketersediaan dari produk tersebut melalui iklan di televisi atau media lain seperti surat kabar atau majalah. Dalam perkembangan zaman seperti saat ini ketersediaan web site di internet akan sangat menguntungkan kita dalam melakukan promosi.

Intercept Strategie / Strategi Pencegatan
Jika konsumen mengalami masalah keterbatasan dalam pengambilan keputusan dan produk kita tidak dalam rencana mereka, maka kita harus ‘mencegat’ mereka dengan menyediakan banyak informasi tentang produk mereka ketika mereka membuat perencanaan tersebut. Sekali lagi kita harus gencar dalam mengiklankan produk kita di media-media dan berkonsentrasi dalam hal-hal internal seperti packaging produk, desain produk, dll.

Preference Strategie / Strategi Pemilihan
Sejak adanya penambahan pengambilan keputusan yang akan melibatkan lebih banyak produk, atribut, dan jumlah informasi yang banyak, straregi penangkapan yang sederhana sudah tidak dapat lagi kita gunakan. Maka dari itu kita membutuhkan struktur kampanye informasi yang akan memberikan hasil kepada produk kita agar dapat masuk kedalam rencana pembelian anggota pasar sasaran kita.

Langkah pertama yang kita harus lakukan adalah memperkuat posisi kita dalam atribut yang penting dalam pasar sasaran tersebut. Lalu selanjutnya segala bentuk informasi harus kita sajikan pada setiap sumber yang tepat. Hal ini akan membutuhkan penambahan tingkat promosi kepada kelompok-kelompok yang tidak membeli produk kita tetapi mengenalkannya kepada orang lain. Selanjutnya kita harus mempersiapkan seluruh tenaga penjualan kita dengan berbagai macam informasi yang akan mereka gunakan dalam memasarkan produk.

Acceptance Strategie / Strategi Penerimaan
Strategi ini hampir mirip dengan strategi pemilihan. Namun strategi ini lebih sulit karena para konsumen tidak akan mencari informasi tentang produk kita. Untuk itu pada strategi ini kita harus lebih fokus pada program promosi dan iklan untuk menyediakan informasi sebanyak-banyaknya tentang produk kita agar produk kita dapat diterima oleh pasar sasaran.

Peluang Pertumbuhan di Pasar Internasional
Frank Bradley dalam bukunya yang berjudul Internasional Marketing Strategy 2nd-E hlm.21. menjelaskan tentang arti pertumbuhan bagi perusahaan-perusahaan go-intrnasional, di sana ia menjelaskan bahwa keinginan untuk menjadi besar merupakan implikasi awal sebuah perusahaan mempunyai keinginan untuk tumbuh. Tapi perlu diingat bahwa pertumbuhan tersebut memerlukan ketersediaan dana, modal, SDM, serta permintaan pasar yang terintegrasi secara tepat dari waktu ke waktu. Pertumbuhan sekecil apapun akan sangat berarti ketimbang perusahaan besar tanpa pertumbuhan sama sekali.

Dalam buku Retailing Management karangan Levy & Weitz hlm.186. di jelaskan bahwa sedikitnya ada tiga faktor yang membuat beberapa pebisnis eceran dapat berhasil di lingkungan internasional, faktor-faktor tersebut antara lain :
Pengecer merupakan pemimpin dalam penggunaan tekonologi untuk mengatur persediaan dan sistem logistik mereka
Pengecer berhasil menjual barang dengan harga yang lebih murah karena adanya kelebihan faktor ekonomi dan saluran distribusi yang lebih baik
Pengecder berhasil mengembangkan sistem yang unik dan menstandarisasikan format pengendalian untuk toko-toko dalam jumlah yang banyak.

Dalam buku yang sama (hlm.186-188) Levy & Weitz juga menjabarkan lima point penting yang harus diperhatikan para pebisnis usaha eceran agar dapat memaksimalkan peluang pertumbuhan di pasar internasional, kelima point tersebut antara lain:
Bertindak Sebagai Pemimpin Pasar Domestik
Pengecer yang mengincar kesempatan di pasar internasional membutuhkan arus kas yang aman dari pasar domestik mereka untuk membantu investasi mereka di pasar internasional. Maka dari itu kesuksesan memasuki pasar internasional harus diimbangi dengan keberhasilan di pasar domestik mereka karena berinvestasi di pasar internasional merupakan investasi jangka panjang yang akan membutuhkan modal besar.

Strategic Konsistensi
Pengecer yang memasuki pasar internasioanal akan berhasil jika mereka konsisten dengan keseluruhan strategi dan jalur utama yang telah ditetapkan dalam mencapai keunggulan kompetitif perusahaan.

Kemampuan Beradaptasi
Ketika pebisnis usaha eceran berhasil dalam pasar internasional, mereka akan mulai menyadari adanya perbedaan kebudayaan yang mendasar yang memaksa mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan baru mereka agar dapat memenuhi kebutuhan pasar lokal.

Sistem Global
Investasi yang signifikan sering dibutuhkan untuk mengembangkan sistem yang megkalkulasikan perbedaan prosedur operasi pada pasar yang berlawanan.

Komitmen Jangka Panjang
Ekspansi ke pasar internasional sangat menuntut adanya komitmen jangka panjang dari pebisnis ritel karena akan sangat sulit bagi mereka untuk memperoleh keuntungan dalam jangka pendek sejak keberadaan mereka di pasar internasional.

Selanjutnya Levy & Weitz juga menjabarkan beberapa alternatif bagi pebisnis usaha eceran untuk memasuki pasar internasional (hlm.188-189) :
Investasi Langsung
Investasi langsung merupakan bentuk investasi dimana perusahaan ritel terlibat lansung atau bahkan memiliki satu divisi atau subsidiary untuk mengolah sebuah toko di negara asing tersebut. Cara ini membutuhkan tingkat investasi yang tinggi dan menempatkan pengusaha ritel dalam kondisi yang penuh resiko namun potensi tingkat pengembaliannya pun cukup besar. Salah satu keunggulan dari investasi langsung ini adalah pengusaha ritel dapat mengontrol langsung operasi perusahaan mereka.


Joint Venture
Joint venture adalah satu bentuk dimana pengusaha ritel yang memasuki pasar internasional mengkombinasikan sumber dayanya dengan pengusaha lokal untuk membangun satu perusahaan baru yang kepemilikannya, pengendalian serta keuntungannya dibagi sesuai porsinya masing-masing.

Pendekatan ini dapat mengurangi resiko persaingan yang kurang baik dari pengusaha lokal karena partner kita akan mempersiapkan segala informasi tentang kebutuhan pasar lokal dan mengenai suplier serta vendor di negara tersebut. Pendekatan ini akan menimbulkan permasalahan serius jika tidak ada persetujuan partner kita dan pemerintah setempat mengenai hal pengembalian profit ke negara asal kita.

Aliansi Strategis
Aliansi strategis merupakan kolaborasi antara dua atau lebih perusahaan independen.

Franchising
Franchising menawarkan resiko yang kecil dan membutuhkan investasi yang relatif lebih kecil dari pendekatan-pendkatan yang lain. Namun pendekatan ini dapat membatasi kita dalam hal pengendalian operasi perusahaan di negara asing tersebut serta mengurangi pendapatan potensial kita karena kreativitas kita pun dibatasi jika kita memilih pendekatan ini dalam bernvestasi di pasar internasional.

Proses Perencanaan Strategis Usaha Eceran
Levy & Weitz dalam buku Retailing Management hlm.189-197. menjelaskan tentang proses untuk merencanakan strategi usaha eceran. Namun sebelum itu mari kita pahami dulu pengertian proses perencanaan strategis usaha eceran merupakan langkah-langkah yang harus dilalui oleh pebisnis ritel untuk membangun rencana strategis usaha eceran. Langkah-langkah dalam proses perencanaan ini berjumlah tujuh langkah, yaitu :
Mendefinisikan Misi bisnisnya
Pernyataan misi perusahaan harus bisa memberikan penjelasan umum mengenai target segmen dan retail format yang menjadi perhatian dari perusahaan itu sendiri.

Dalam membuat pernyataan misi, para manajer harus menjawab lima pertanyaan diantaranya :
Dalam bisnis apa kita berada?
Bagaimana seharusnya bisnis kita dimasa yang akan datang?
Siapa pelanggan kita?
Apa saja kemampuan kita?
Apa yang ingin kita capai?

Membangun Situasi Audit
Situasi Audit adalah analisis tentang peluang dan ancaman dalam lingkungan usaha eceran serta kekuatan dan kelemahan bisnis ritel terhadap para pesaing. Elemen-elemen dalam situasi audit ini adalah :
Faktor Pasar
Faktor Persaingan
Faktor Lingkungan
Analisis kekuatan dan kelemahan pebisnis retail

Mengidentifikasi Peluang Strategis
Setelah melakukan analisis terhadap situasi audit, langkah berikutnya adalah mempersiapkan beberapa alternatif strategi yang akan digunakan perusahaan untuk meningkatkan penjualannya.

Mengevaluasi Alternatif Strategis
Evaluasi ini mendeterminasikan potensi pengusaha eceran untuk membangun keunggulan kompetitifnya dalam jangka panjang.

Membuat Tujuan Spesifik dan Alokasi Sumber Daya
Tiga komponen dari tujuan spesifik perusahaan antara lain:
Tingkat investasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan perusahaan
Batas waktu untuk mencapai tujuan tersebut
Performa perusahaan

Mengembangkan Gabungan Retail (Retail Mix) untuk Mengimplementasikan Strategi
Mengembangkan retail mix untuk setiap peluang dalam investasi perlu diadakan untuk melakukan pengendalian dan evaluasi dari investasi tersebut.
Mengevaluasi Peforma dan Membuat Penyesuaian
Jika para pengusaha usaha eceran telah mencapai tujuan mereka maka mereka tidak perlu mengadakan penyesuaian. Penyesuaian ini dibutuhkan oleh para pebisnis retail yang gagal dalam mencapai tujuan mereka, sehingga mereka perlu mengadakan analisis ulang terhadap performa mereka.

Wawasan Dalam Manajemen Retail

17.27 by Diary of Melody 0 komentar
Sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar, Indonesia menjadi pasar yang atraktif bagi beberapa ritel (eceran) kelas dunia. Carrefour misalnya terlihat cukup serius untuk menggarap potensi pasar Indonesia. Demikian halnya Macro dan Giant yang turut meramaikan persaingan bisnis ritel. Hal yang sama dilakukan oleh beberapa minimarket seperti Alfamart, Indomaret, dan Yomart yang bersaing dalam memasarkan produk dalam jumlah kecil. Tiga nama terakhir bahkan terlihat bersaing secara konfrontatif, dengan mendirikan minimarket dengan lokasi yang berdekatan satu sama lain.

Kondisi ini memunculkan pertanyaan krusial, seberapa pentingkah peran lokasi dalam bisnis ritel? Faktor lokasi tidak dapat dipungkiri berkontribusi terhadap kesuksesan bisnis ritel. Kemudahan konsumen dalam menjangkau ritel memang menjadi salah satu alasan yang mendorong mereka untuk membelanjakan uang mereka di peritel tersebut. Ada kecenderungan yang kuat konsumen berbelanja di ritel yang lebih dekat lokasinya. Meskipun kecenderungan ini bukan determinan utama motif berbelanja, tetap saja lokasi menjadi titik fokus para peritel dalam salah satu fondasi strategi bisnis mereka.

Salah satu indikator pentingnya lokasi ini dapat terlihat dari upaya pakar dalam mengkuantifikasi probabilitas keunggulan suatu ritel yang didasarkan pada faktor lokasi. Salah satu pendekatan populer adalah Model Gravitasi Huff. Asumsi fundamental dari model ini adalah determinasi lokasi sebagai aksentuasi analisis kuantitatif keunggulan bersaing sebuah ritel. Ritel pada dasarnya adalah sama, kecuali dalam hal jarak dan ukuran ritel tersebut. Logika sederhana dari model ini akan berkesimpulan bahwa semakin strategis lokasi suatu ritel dengan pelanggannya, semakin besar keunggulan yang akan diperoleh.

Namun, apakah model ini cukup representatif dalam mengurai fenomena keunggulan bersaing sebuah ritel? Setidaknya itulah yang menjadi concern utama bagi Nevin dan Houston (dalam Wong, Lu, dan Yuan, 2001). Keduanya menilai terdapat keterbatasan utama Model Gravitasi Huff tersebut. Menurutnya, asumsi model tersebut terlalu menekankan aspek kuantitatif sehingga atribut kualitatif menjadi terabaikan. Pergeseran orientasi faktor lokasi menjadi faktor non lokasi juga diidentifikasi oleh studi yang dilakukan oleh Meoli et al (1991).
Studi tersebut menemukan bahwa atribut kualitatif seperti citra toko, kepuasan berbelanja, dan loyalitas pelanggan menjadi determinan penting dalam menentukan daya tarik sebuah ritel. Pendekatan yang berbasis analisis kuantitatif yang menekankan atribut kualitatif ini kemudian memperoleh apresiasi yang cukup baik dalam kalangan akademisi. Seperti memperoleh momentum, studi lanjutan yang menekankan pada daya tarik yang berbasis atribut kualitatif juga dilakukan oleh Lindquist (1974-1975), yang merumuskan keunggulan ritel dalam sembilan dimensi, yang mencakup barang dagangan, pelayanan, personel toko, aspek fisik toko, kenyamanan, suasana toko, kepuasan toko, dan kepuasan pasca transaksi.

Bearden (1977) juga berargumen bahwa daya tarik sebuah ritel mampu menciptakan keunggulan bersaing. Daya tarik disini meliputi harga, kualitas barang dagangan, keragamana, suasana, lokasi, fasilitas parkir dan pelayanan yang ramah. Bahkan salah satu studi ritel yang cukup inovatif dilakukan oleh El-Adly (2007) yang melakukan studi dengan menggunakan mal sebagai objek kajian. Model ini dikenal dengan "Mall Attractiveness Approach". Model ini merupakan refinement dari beberapa studi sebelumnya. Model ini terdiri dari enam dimensi pokok, yaitu comfort, entertainment, diversity, mall essence, convenience dan luxury.

Dari uraian diatas, penting bagi peritel untuk memahami variabel demografis dan psikografis konsumen. Kedua variabel ini akan menjadi determinan kunci yang menentukan orientasi belanja. Perhatikan berapa banyak konsumen dari luar negeri yang mengunjungi yang mengunjungi ritel seperti Harrods atau Debenhams di Inggris. Fenomena ini menyiratkan bahwa lokasi bukan menjadi permasalahan bagi konsumen untuk memperoleh kesenangan berbelanja. Dalam psikologi, berlaku Teori Kesenangan yang Tertunda (Delay Enjoyment Theory).Teori ini menjelaskan mengapa konsumen rela untuk mengeluarkan energi yang besar (waktu, fisik, dan finansial) untuk memperoleh kesenangan yang telah mereka bayangkan.

Jika asumsinya demikian, maka sudah semestinya para pebisnis jeli membaca kondisi ini. Dengan menciptakan kesenangan berbelanja melalui positive shopping experience, maka kepuasan pelanggan akan terjadi. Positive shopping experience ini mencakup integrasi antara aspek merchandise, kebijakan harga, promosi, suasana toko yang nyaman, pelayanan pelanggan yang baik, serta layanan purna jual. Tentu saja dengan tetap mempertimbangkan faktor lokasi, karena jika konsumen melihat tidak adanya perbedaan (indifference) antara risel kita dengan ritelpesaing, maka lokasi menjadi pertimbangan penting.

SEGMENTASI KONSUMEN RETAIL INDONESIA

Segmentasi adalah sebuah bagian dari managemen memori yang mengatur pengalamatan dari memori yang terdiri dari segmen-segmen. logical address space adalah kumpulan dari segmen-segmen yang mana tiap-tiap segmen mempunyai nama dan panjang. alamat tersebut menunjukkan alamat dari segmen tersebut dan offset-nya didalam segmen-segmen tersebut. pengguna kemudian menentukan pengalamatan dari setiap segmen menjadi dua bentuk, nama segmen dan offset dari segmen tersebut (Hal ini berbeda dengan pemberian halaman, dimana pengguna hanya menentukan satu buah alamat, dimana pembagian alamat menjadi dua dilakukan oleh perangkat keras, semua ini tidak dapat dilihat oleh user).

Perkembangan Industri Ritel Indonesia pada 2009 secara keseluruhan masih menunjukan kecenderungan yang positif dengan pertumbuhan 2 digit. Sampai saat ini dampak krisis Ekonomi dunia tidak membuat pertumbuhan ekonomi dan industri ritel nasional menjadi minus.

Kita memang membutuhkan pedagan ritel yang sehat. Alasannya bukan karena kontribusi sector ini dalam penggunaan PDRB masih diatas 60 persen, atau proporsi tenaga kerjanya masih sebesar 35 persen, saja. Krisis yang masih mendekap dunia saat ini yang membuat Ekspor dan Investasi menurun kian menjadi Industri Ritel sebagai Tumpuan harapan.

INdustri Ritel yang Efisien dan maju diharapkan bisa meningkatkan Ekonomi Lokal, baik industri manufaktur maupun industri pertanian Lokal. Bukan itu saja, dengan perdagangan ritel yang sehat, akses bagi konsumen akan menjadi mudah, dengan harha kebutuhan rumah tangga yang semakin brsaing.

Konsumen Indonesia tergolong Multichannel Users menjadi sebuah penangkal bagi terjadinya krisis. Pasalnya Ritel Tradisional maupun Modern tetap dapat tumbuh dan berkembang. Lantaran sifat konsumen yang masih mendatanging kedua ritel ini. Disisi lain konsumen saat ini lebih condong untuk mendatangi Ritel Modern. Oleh karena itu hendaknya Ritel Modern maupun Tradisional hendaknya saling mendukun bukan menggantikan.

Kompetisi memang bukan sesuatu yang menyenangkan namun mudah mudahan dapat semakin mendorong kreatifitas, dan bahkan kesempatan memperluas segmen baik bagi Usaha Ritel Tradisional maupun Moderen.

sumber : www.google.com, KOMPAS kolom Ritel edisi Kamis 24 sep 2008

Sistem Informasi Manajemen Ritel (SIM RITEL)

Dalam perdagangan eceran atau ritel dimana arus data barang dagangan dan uang berputar sangat cepat diperlukan pengendalian dan pengawasan yang baik. Salah satu bentuk pengendalian dan pengawasan tersebut adalah dengan melakukan pencatatan data yang tertib dan teratur, serta penyuguhan informasi dalam bentuk sistem pelaporan yang tepat waktu dan akurat sehingga memberikan manfaat yang optimal bagi setiap keputusan yang akan diambil. Sistem Informasi Ritel (SIM Ritel) adalah suatu sistem informasi yang dikembangkan dengan menggunakan pendekatan yang berbasis pada pemanfaatan teknologi terpadu peralatan sistem mekanisasi pengolah data sebagai penyedia informasi untuk menunjang semua aspek kegiatan yang berhubungan dengan operasional, manajemen, analisis maupun dalam hal pembuatan keputusan.

Secara umum struktur SIM Ritel tidak berbeda dengan Sistem Informasi Manajemen lainnya, meliputi :

1. Tingkatan informasi untuk proses transaksi, dalam hal ini fungsinya adalah sebagai inquiry response. Tingkatan ini biasanya menjadi tanggung jawab dari staff atau clerk.

2. Tingkatan informasi untuk perencanaan operasional, pengendalian dan pengambilan keputusan. Informasi yang berkaitan dengan kegiatan operasional setiap harinya dibutuhkan oleh Lower Management yang berada pada tingkatan ini untuk pengambilan keputusan.

3. Tingkatan informasi untuk perencanaan taktis dan pengambilan keputusan. Pada tingkatan ini Middle Management membutuhkan informasi yang datangnya dari tingkat perencanaan operasional maupun informasi dari luar lingkungan perusahan seperti informasi tentang pesaing. Informasi tersebut nantinya akan menjadi dasar pembuatan rencana taktis perusahaan contohnya pembuatan anggaran maupun pengambilan keputusan seperti penentuan jenis dan harga barang.

4. Tingkatan informasi untuk perencanaan strategik, kebijakan dan pengambilan keputusan. Tujuan dan arah perusahaan ditentukan oleh Top Management. Karena itu informasi yang berkaitan dengan kinerja perusahaan dan keadaan lingkungan luar perusahaan perlu dimiliki oleh tingkat ini demi kemajuan perusahaan.

Lebih jelasnya struktur tingkatan Sistem Informasi Ritel dapat dilihat sebagai berikut :

IS for transaction processing and

inquiry response

IS for operational planning control and

decision making

IS for tactical planning and

decision making

IS for strategic and

policy planning and

decision making

Top

Management

Middle

Management

Lower

Management

Staff / Clerk

10.2 Elemen-elmen SIM Ritel

Untuk membangun suatu Sistem Informasi Ritel dibutuhkan beberapa elemen, meliputi :

1. Perangkat Keras

2. Perangkat Lunak

3. Database

4. Manual Procedur

5. Petugas pengoperasian sistem

Elemen-elemen di atas kemudian tersusun ke dalam suatu sistem konfigurasi,

yang merupakan rangkaian perangkat keras dan lunak yang dirancang serta disusun secara terpadu dalam suatu sistem, sehingga sistem tersebut dapat berjalan sesuai yang dibutuhkan. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam sistem konfigurasi diantaranya adalah :

- skala usaha

- aplikasi SIM

- volume data

- frekuensi data

- kecepatan data

- keamanan data

Untuk membangun Sistem Informasi Ritel ada beberapa alternatif sistem teknologi, diantaranya :

1. Teknologi Electronic Cash Register System

2. Teknologi PC-based POS System

Alternatif sistem teknologi di atas dapat dikombinasikan menjadi beberapa konfigurasi diantaranya :

- Stand Alone

- Register to Register System (Master to Slave System – POS LAN)

- Register to Register to PC System ( Mater-Slave System to Cluster System)

- Register to PC Communication System (Master-Slave POS LAN Communication

System / POS WAN)

10.3 Tahapan pengembangan Sistem Informasi

Berikut ini akan dijelaskan tahapan pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Ritel :

1. Menentukan Jenis dan Skala Usaha

2. Menentukan Lingkup dan Prioritas Sistem Informasi yang dibutuhkan

3. Menentukan Besarnya Volume Data yang akan diproses

4. Menentukan Besarnya Frekuensi Transaksi Data yang akan diproses

5. Menentukan Jenis dan Jumlah Peralatan Mekanisasi yang dibutuhkan

6. Menentukan format Struktur Database

7. Menentukan Jenis dan Format Laporan / Informasi yang dibutuhkan

8. Menentukan Jadual Pengembangan Program-program Aplikasi SIM

9. Menentukan Jadual Pelatihan dan Implementasi

10. Evaluasi

Dalam Sistem Informasi Ritel identifikasi barang memegang peran yang sangat penting. Mulai dari Jenis barangnya, merk barang, produsen, sampai harga. Untuk memudahkan identifikasi tersebut, biasanya setiap barang dibuat kodenya sesuai dengan kelompok jenisnya.